tempat teraneh didunia
Selasa,
02 Juni 2015
1. Pulau Socotra (Yemen)
Terdapat di Yemen, Timur Tengah,
Pulau Socotra dikenal karena keanehan flora dan faunanya. Diantaranya pohon
naga yang mengeluarkan getah merah seperti darah apabila diiris.
2. Mc Murdo Dry Valleys (Antartika)
Di salah satu tempat terdingin di
dunia ini terdapat fenomena aneh, yaitu air terjun darah yang kontras mengalir
di antara putihnya salju di Antartika. Warna merah ini disebabkan karena
kandungan besi yang tinggi.
3. Racetrack Playa (Amerika Serikat)
Gurun di California ini terkenal
karena fenomena misteriusnya, yaitu “sailing stone” atau batu yang dapat
berjalan sendiri walaupun tak ada yang menggerakkan. Hingga kini masih misteri
apa yang menggerakkan batu-batu tersebut.
4. Giant Causeway (Irlandia)
Keunikan tempat ini membuat lokasi
menjadi satu-satunya Situs Warisan Dunia di Irlandia. Keunikannya tentu adalah
batu-batu basal yang berbentuk segienam yang terbentuk karena proses alami.
5. Gua Kristal (Meksiko)
Sekilas gua ini mirip seperti
setting film Superman, namun gua kristal ini benar-benar ada dan terbentuk
karena proses mineralisasi selama jutaan tahun.
6. Hell’s Gate (Turkmenistan)
Tempat ini layak disebut sebagai
“gerbang neraka” karena merupakan lubang berisi gas alam yang terus-menerus
terbakar. Lokasi ini terdapat di gurun Kara Kum di desa Darvaza.
7. Eye of Africa (Mauritania)
Dari atas lokasi ini memang sangat
mirip dengan mata manusia. Banyak teori yang berbeda mengenai bagaimana lubang
ini terbentuk, mulai dari proses geologi, erosi, tabrakan meteor, hingga
ledakan nuklir prasejarah.
8. Badlands Guardian (Kanada)
Foto ini ditemukan oleh Lynn Hickox
pada November 2006 saat menggunakan google earth. Keajaiban alam ini
benar-benar menakjubkan, sebab bentuknyamenyerupai seorang wanita mengenakan
tutup kepala khas Indian. Para ahli percaya bentuk ini disebabkan erosi, namun
melihat detailnya, rasanya sangat sulit dipercaya hal ini bisa terjadi secara
alami.
9. Kuil Abydos (Mesir)
Kuil ini menyimpan misteri yang
kerap dikait-kaitkan dengan teori Ancient Aliens, yaitu relief berumur ribuan
tahun yang menggambarkan helikopter dan kapal selam.
10. Loch Ness (Skotlandia)
Danau ini lebih terkenal akan
misteri Nessie, yaitu monster yang dipercayai hidup di danau ini. Bahkan
legenda tentang makhluk tersebut sudah ada sejak zmaan Romawi kuno. Banyak yang
menduga Nessie sebenarnya adalah sejenis dinosaurus, namun kebenaran tentan
keberadaan makhluk tersebut masih belum terbukti.
Bsukses.com: inilah 10 Pemilik Klub Bola Sepak
Terkaya di Dunia : Bagi para pengusaha sukses yang bergelimang harta
mungkin sudah biasa jika mereka hidup dengan mewah dan tentunya menunjukkan
kekayaan mereka.
Cara menunjukannya pun beragam, mulai dari rumah mewah, mobil mewah, hingga yang paling fenomenal yaitu dengan kepemilikan klub sepak bola ternama. Pada kesempatan kali ini inagurasi akan menyampaikan 10 pemilik klub terkaya di dunia.
Cara menunjukannya pun beragam, mulai dari rumah mewah, mobil mewah, hingga yang paling fenomenal yaitu dengan kepemilikan klub sepak bola ternama. Pada kesempatan kali ini inagurasi akan menyampaikan 10 pemilik klub terkaya di dunia.
1. Amancio Ortega Pemilik Klub Deportivo La Coruna
Pria berumur 76 tahun ini merupakan
salah satu pria pemilik klub sepak bola terkaya di dunia. Diperkirakan kekayaan
pria asal Spanyol ini yaitu sekitar $37,5 miliar atau Rp. 360 triliun. Ternyata
selain memiliki klub liga Spanyol, Amancio juga merupakan pemiliki label busana
ternama yang berasal dari Spanyol juga yaitu Zara.
2. Malcolm Glazer Pemilik Manchester United
2. Malcolm Glazer Pemilik Manchester United
Siapa yang tidak tahu klub yang
berasal dari Inggris dengan nama Manchester United. Klub dengan beragam pemain
bintang di dalamnya serta banyak meraih prestasi gemilang di kancah nasional
dan internasional. Pemilik klub dengan julukan The Red Devils ini diperkirakan
memiliki kekayaan senilai $3,6 miliar atau Rp. 34 triliun. Selain memiliki
Manchester United pebisnis asal New York ini juga memiliki sebuah klub American
Footbal bernama Tampa Bay Buccaneers.
3. Roman Abramovich Pemilik Chelsea
3. Roman Abramovich Pemilik Chelsea
Roman Abramovic adalah salah satu
pemilik klub sepak bola yang paling fenomenal, dirinya menjadikan Chelsea
seperti mainan pribadinya. Businessman pemilik industri minyak sekaligus politikus
yang berkewarganegaraan Rusia ini diperkirakan memiliki kekayaan senilai $12,1
miliar atau Rp. 116 triliun.
4. Alisher Usmanov Salah Satu Pemilik Arsenal
4. Alisher Usmanov Salah Satu Pemilik Arsenal
Alisher Usmanov adalah pengusaha
Rusia yang memiliki 29 persen saham Arsenal. Pria berkewarganegaraan asal
Uzbekistan ini memiliki kekayaan senilai $18,1 miliar atau Rp. 174 triliun.
Aset yang dimiliki berasal dari industri baja, telekomunikasi hingga media.
5. Silvio Berlusconi Pemilik AC Milan
5. Silvio Berlusconi Pemilik AC Milan
Silvio Berlusconi adalah pemilik AC
Milan yang paling sukses. Silvio Berlusconi berhasil menjadikan Milan sebagai
klub elit dan salah satu tolak ukur pembinaan sepak bola di kawasan Eropa. Raja
media dan sekaligus mantan Perdana Menteri Italia itu diperkirakan memiliki
kekayaan sebesar $5,9 miliar atau Rp. 56 triliun.
6. Fransisco Pinault Pemilik Rennes
6. Fransisco Pinault Pemilik Rennes
Francois Pinault adalah pengusaha
kaya asal Perancis yang memiliki klub sepak bola Rennes. Kekayaanya sebesar $13
miliar atau Rp. 125 triliun. Padahal pendidikan Pinault hanya hingga setingkat
SMA
Lakshmi Mittal adalah warga Inggris
yang memiliki darah keturunan India. Mittal memiliki bisnis baja di Inggris dan
kekayaannya diperkirakan sebesar $20,7 miliar atau Rp. 199 triliun. Mittal
adalah pemilik 34 persen saham klub Queens Park Ranger.
8. Philip Anschutz Pemilik LA Galaxy
8. Philip Anschutz Pemilik LA Galaxy
Philip Anschutz yaitu pria asal
Kansas, USA ini merupakan pemilik klub sepak bola LA Galaxy dan beberapa
perusahaan investasi. Pria berumur 72 tahun ini diperkirakan memiliki kekayaan
sekitar $7,6 miliar atau Rp. 73 triliun.
9. Rinat Akhmetov Pemilik Shaktar Donetsk
9. Rinat Akhmetov Pemilik Shaktar Donetsk
Rinat Akhmetov adalah seorang
pengusaha batu bara sekaligus pengusaha baja asal Ukraina. Akhmetov memiliki
klub Shakhtar Donetsk dan diperkirakan memiliki kekayaan sebesar $16 miliar
atau Rp. 153 triliun.
10. Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan Pemilik Manchester City
10. Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan Pemilik Manchester City
Siapa yang tidak tahu dengan
Manchester City yang memiliki nama panggilannya The Citizen ini dipenuhi
berbagai pemain bintang yang memiliki nilai tidak kecil. Pemiliknya merupakan
anggota keluarga kerajaan Uni Emirat Arab yaitu Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan.
Pria 39 tahun ini diperkirakan memiliki kekayaan pribadi sekitar $4,9 miliar
atau Rp. 47 triliun.
Resep Ikan Bakar Kecap Pedas Enak Praktis
May 29, 2015 | Filed under: Resep
Masakan Ikan, Resep
Masakan Indonesia |
Resep
Ikan Bakar Kecap Pedas Enak Gurih – Ikan bakar adalah salah satu menu
masakan yang paling digemari di kala ada acara kecil – kecilan atau ngumpul –
ngumpul bareng teman dan keluarga. Ikan bakar ini menjadi favorit dikarenakan
dalam proses pembuatannya dapat menghadirkan suasana kebersamaan, sehingga
tidaklah mengherankan jika menu masakan ikan bakar ini banyak dibuat pada acara
malam mingguan, tahun baruan, syukuran dan acara – acara keluarga non formal
lainnya. Proses pembuatan ikan bakar ini tergolong cukup mudah dan praktis. Dan
apabila anda kebetulan sedang mencari resep ikan bakar yang enak dan nikmat,
maka tidak ada salahnya anda mencoba Resep Ikan Bakar Kecap Pedas yang telah
kami uraikan secara singkat berikut ini.
Bahan /
Bumbu Ikan Bakar Kecap:
3 ekor Ikan Air tawar/Laut
Kecap Manis Secukupnya
2 sdm Perasan Air Jeruk Nipis
2 sdm Air Asam Jawa
Minyak Untuk Menumis Secukupnya
Bumbu halus (haluskan) :
4 buah Cabe Merah keriting
3 buah Cabai Merah besar
3 siung Bawang Putih
3 buah Cabe Rawit merah
7 butir Bawang Merah
2 sendok teh Ketumbar bubuk
Garam Secukupnya
2 cm jari Jahe
Bahan Sambal Kecap Pedas :
Kecap Manis 6 sdm
Air Jeruk Nipis 1 sendok teh
Tomat 1 buah (potong potong kecil)
Cabe Rawit hijau 5 buah
Cabe Rawit merah 6 buah
Bawang Merah 4 siung (iris tipis)
Cara Membuat Sambal Kecap Pedas : (Campurkan semua bahan dan buang semua biji cabai agar tidak terlalu pedas)
3 ekor Ikan Air tawar/Laut
Kecap Manis Secukupnya
2 sdm Perasan Air Jeruk Nipis
2 sdm Air Asam Jawa
Minyak Untuk Menumis Secukupnya
Bumbu halus (haluskan) :
4 buah Cabe Merah keriting
3 buah Cabai Merah besar
3 siung Bawang Putih
3 buah Cabe Rawit merah
7 butir Bawang Merah
2 sendok teh Ketumbar bubuk
Garam Secukupnya
2 cm jari Jahe
Bahan Sambal Kecap Pedas :
Kecap Manis 6 sdm
Air Jeruk Nipis 1 sendok teh
Tomat 1 buah (potong potong kecil)
Cabe Rawit hijau 5 buah
Cabe Rawit merah 6 buah
Bawang Merah 4 siung (iris tipis)
Cara Membuat Sambal Kecap Pedas : (Campurkan semua bahan dan buang semua biji cabai agar tidak terlalu pedas)
Sejarah indonesia
Sejarah Indonesia meliputi suatu rentang waktu yang
sangat panjang yang dimulai sejak zaman prasejarah
berdasarkan penemuan "Manusia Jawa" yang berusia 1,7 juta tahun yang
lalu. Periode sejarah
Indonesia
dapat dibagi menjadi lima era: Era Prakolonial, munculnya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha serta Islam di Jawa dan Sumatera yang
terutama mengandalkan perdagangan; Era Kolonial,
masuknya orang-orang Eropa
(terutama Belanda)
yang menginginkan rempah-rempah mengakibatkan penjajahan oleh Belanda
selama sekitar 3,5 abad antara awal abad ke-17
hingga pertengahan abad ke-20; Era Kemerdekaan Awal, pasca-Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (1945) sampai jatuhnya Soekarno (1966); Era Orde Baru,
32 tahun masa pemerintahan Soeharto (1966–1998);
serta Era Reformasi yang berlangsung sampai sekarang.
Prasejarah
Artikel utama untuk
bagian ini adalah: Nusantara pada periode prasejarah
Replika tempurung kepala manusia Jawa yang pertama kali
ditemukan di Sangiran
Secara geologi, wilayah Indonesia
modern (untuk kemudahan, selanjutnya disebut Nusantara)
merupakan pertemuan antara tiga lempeng benua utama: Lempeng
Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng
Pasifik (lihat artikel Geologi Indonesia).
Kepulauan Indonesia seperti yang ada saat ini terbentuk pada saat melelehnya es setelah berakhirnya Zaman Es,
sekitar 10.000 tahun yang lalu.
Pada masa Pleistosen, ketika masih terhubung dengan Asia Daratan, masuklah pemukim pertama. Bukti pertama yang menunjukkan penghuni awal adalah fosil-fosil Homo erectus manusia Jawa dari masa 2 juta hingga 500.000 tahun lalu. Penemuan sisa-sisa "manusia Flores" (Homo floresiensis)[1] di Liang Bua, Flores, membuka kemungkinan masih bertahannya H. erectus hingga masa Zaman Es terakhir.[2]
Homo sapiens pertama diperkirakan masuk ke Nusantara sejak 100.000 tahun yang lalu melewati jalur pantai Asia dari Asia Barat, dan pada sekitar 60 000 sampai 70 000 tahun yang lalu telah mencapai Pulau Papua dan Australia.[3] Mereka, yang berfenotipe kulit gelap dan rambut ikal rapat, menjadi nenek moyang penduduk asli Melanesia (termasuk Papua) sekarang dan membawa kultur kapak lonjong (Paleolitikum). Gelombang pendatang berbahasa Austronesia dengan kultur Neolitikum datang secara bergelombang sejak 3000 SM dari Cina Selatan melalui Formosa dan Filipina membawa kultur beliung persegi (kebudayaan Dongson). Proses migrasi ini merupakan bagian dari pendudukan Pasifik. Kedatangan gelombang penduduk berciri Mongoloid ini cenderung ke arah barat, mendesak penduduk awal ke arah timur atau berkawin campur dengan penduduk setempat dan menjadi ciri fisik penduduk Maluku serta Nusa Tenggara. Pendatang ini membawa serta teknik-teknik pertanian, termasuk bercocok tanam padi di sawah (bukti paling lambat sejak abad ke-8 SM), beternak kerbau, pengolahan perunggu dan besi, teknik tenun ikat, praktik-praktik megalitikum, serta pemujaan roh-roh (animisme) serta benda-benda keramat (dinamisme). Pada abad pertama SM sudah terbentuk pemukiman-pemukiman serta kerajaan-kerajaan kecil, dan sangat mungkin sudah masuk pengaruh kepercayaan dari India akibat hubungan perniagaan.
Pada masa Pleistosen, ketika masih terhubung dengan Asia Daratan, masuklah pemukim pertama. Bukti pertama yang menunjukkan penghuni awal adalah fosil-fosil Homo erectus manusia Jawa dari masa 2 juta hingga 500.000 tahun lalu. Penemuan sisa-sisa "manusia Flores" (Homo floresiensis)[1] di Liang Bua, Flores, membuka kemungkinan masih bertahannya H. erectus hingga masa Zaman Es terakhir.[2]
Homo sapiens pertama diperkirakan masuk ke Nusantara sejak 100.000 tahun yang lalu melewati jalur pantai Asia dari Asia Barat, dan pada sekitar 60 000 sampai 70 000 tahun yang lalu telah mencapai Pulau Papua dan Australia.[3] Mereka, yang berfenotipe kulit gelap dan rambut ikal rapat, menjadi nenek moyang penduduk asli Melanesia (termasuk Papua) sekarang dan membawa kultur kapak lonjong (Paleolitikum). Gelombang pendatang berbahasa Austronesia dengan kultur Neolitikum datang secara bergelombang sejak 3000 SM dari Cina Selatan melalui Formosa dan Filipina membawa kultur beliung persegi (kebudayaan Dongson). Proses migrasi ini merupakan bagian dari pendudukan Pasifik. Kedatangan gelombang penduduk berciri Mongoloid ini cenderung ke arah barat, mendesak penduduk awal ke arah timur atau berkawin campur dengan penduduk setempat dan menjadi ciri fisik penduduk Maluku serta Nusa Tenggara. Pendatang ini membawa serta teknik-teknik pertanian, termasuk bercocok tanam padi di sawah (bukti paling lambat sejak abad ke-8 SM), beternak kerbau, pengolahan perunggu dan besi, teknik tenun ikat, praktik-praktik megalitikum, serta pemujaan roh-roh (animisme) serta benda-benda keramat (dinamisme). Pada abad pertama SM sudah terbentuk pemukiman-pemukiman serta kerajaan-kerajaan kecil, dan sangat mungkin sudah masuk pengaruh kepercayaan dari India akibat hubungan perniagaan.
Era pra kolonial
Sejarah awal
Lihat pula: Sejarah
Nusantara
Para cendekiawan India telah menulis tentang Dwipantara
atau kerajaan Hindu
Jawa Dwipa di pulau Jawa dan Sumatra atau
Swarna dwipa sekitar 200 SM. Bukti fisik awal yang menyebutkan mengenai adanya
dua kerajaan bercorak Hinduisme pada abad ke-5, yaitu: Kerajaan Tarumanagara
yang menguasai Jawa Barat dan Kerajaan
Kutai di pesisir Sungai Mahakam, Kalimantan.
Pada tahun 425 agama Buddha telah
mencapai wilayah tersebut.
Di saat Eropa memasuki masa Renaisans, Nusantara telah mempunyai warisan peradaban berusia ribuan tahun dengan dua kerajaan besar yaitu Sriwijaya di Sumatra dan Majapahit di Jawa, ditambah dengan puluhan kerajaan kecil yang sering kali menjadi vazal tetangganya yang lebih kuat atau saling terhubung dalam semacam ikatan perdagangan (seperti di Maluku).
Di saat Eropa memasuki masa Renaisans, Nusantara telah mempunyai warisan peradaban berusia ribuan tahun dengan dua kerajaan besar yaitu Sriwijaya di Sumatra dan Majapahit di Jawa, ditambah dengan puluhan kerajaan kecil yang sering kali menjadi vazal tetangganya yang lebih kuat atau saling terhubung dalam semacam ikatan perdagangan (seperti di Maluku).
Kerajaan Hindu-Buddha
Artikel utama untuk
bagian ini adalah: Sejarah Nusantara pada
era kerajaan Hindu-Buddha
Prasasti Tugu peninggalan Raja Purnawarman dari
Taruma
Pada abad ke-4 hingga abad ke-7 di wilayah Jawa Barat
terdapat kerajaan bercorak Hindu-Budha yaitu kerajaan Tarumanagara
yang dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda sampai abad ke-16. Pada masa abad ke-7
hingga abad
ke-14, kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatra. Penjelajah Tiongkok I Ching
mengunjungi ibukotanya Palembang sekitar tahun 670. Pada puncak
kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Barat
dan Semenanjung Melayu. Abad ke-14 juga menjadi
saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit.
Patih Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah
yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung
Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan dalam
kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam wiracarita Ramayana.
Kerajaan Islam
Artikel utama untuk
bagian ini adalah: Sejarah Nusantara pada era
kerajaan Islam
Islam
sebagai sebuah pemerintahan hadir di Indonesia sekitar abad ke-12,
namun sebenarnya Islam
sudah sudah masuk ke Indonesia pada abad 7 Masehi. Saat itu
sudah ada jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional melalui Selat
Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di Cina, Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani
Umayyah di Asia Barat sejak abad 7.[4]
Menurut sumber-sumber Cina menjelang akhir perempatan ketiga abad 7, seorang pedagang Arab menjadi pemimpin pemukiman Arab muslim di pesisir pantai Sumatera. Islam pun memberikan pengaruh kepada institusi politik yang ada. Hal ini nampak pada Tahun 100 H (718 M) Raja Sriwijaya Jambi yang bernama Srindravarman mengirim surat kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz dari Kekhalifahan Bani Umayyah meminta dikirimkan da'i yang bisa menjelaskan Islam kepadanya. Surat itu berbunyi: “Dari Raja di Raja yang adalah keturunan seribu raja, yang isterinya juga cucu seribu raja, yang di dalam kandang binatangnya terdapat seribu gajah, yang di wilayahnya terdapat dua sungai yang mengairi pohon gaharu, bumbu-bumbu wewangian, pala dan kapur barus yang semerbak wanginya hingga menjangkau jarak 12 mil, kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain dengan Allah. Saya telah mengirimkan kepada anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekedar tanda persahabatan. Saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya dan menjelaskan kepada saya tentang hukum-hukumnya.” Dua tahun kemudian, yakni tahun 720 M, Raja Srindravarman, yang semula Hindu, masuk Islam. Sriwijaya Jambi pun dikenal dengan nama 'Sribuza Islam'. Sayang, pada tahun 730 M Sriwijaya Jambi ditawan oleh Sriwijaya Palembang yang masih menganut Budha.[5]
Islam terus mengokoh menjadi institusi politik yang mengemban Islam. Misalnya, sebuah kesultanan Islam bernama Kesultanan Peureulak didirikan pada 1 Muharram 225 H atau 12 November 839 M. Contoh lain adalah Kerajaan Ternate. Islam masuk ke kerajaan di kepulauan Maluku ini tahun 1440. Rajanya seorang Muslim bernama Bayanullah.
Kesultanan Islam kemudian semikin menyebarkan ajaran-ajarannya ke penduduk dan melalui pembauran, menggantikan Hindu sebagai kepercayaan utama pada akhir abad ke-16 di Jawa dan Sumatera. Hanya Bali yang tetap mempertahankan mayoritas Hindu. Di kepulauan-kepulauan di timur, rohaniawan-rohaniawan Kristen dan Islam diketahui sudah aktif pada abad ke-16 dan 17, dan saat ini ada mayoritas yang besar dari kedua agama di kepulauan-kepulauan tersebut.
Penyebaran Islam dilakukan melalui hubungan perdagangan di luar Nusantara; hal ini, karena para penyebar dakwah atau mubaligh merupakan utusan dari pemerintahan Islam yang datang dari luar Indonesia, maka untuk menghidupi diri dan keluarga mereka, para mubaligh ini bekerja melalui cara berdagang, para mubaligh inipun menyebarkan Islam kepada para pedagang dari penduduk asli, hingga para pedagang ini memeluk Islam dan meyebarkan pula ke penduduk lainnya, karena umumnya pedagang dan ahli kerajaan lah yang pertama mengadopsi agama baru tersebut. Kerajaan Islam penting termasuk di antaranya: Kerajaan Samudera Pasai, Kesultanan Banten yang menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara Eropa, Kerajaan Mataram, Kerajaan Iha, Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore di Maluku.
Menurut sumber-sumber Cina menjelang akhir perempatan ketiga abad 7, seorang pedagang Arab menjadi pemimpin pemukiman Arab muslim di pesisir pantai Sumatera. Islam pun memberikan pengaruh kepada institusi politik yang ada. Hal ini nampak pada Tahun 100 H (718 M) Raja Sriwijaya Jambi yang bernama Srindravarman mengirim surat kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz dari Kekhalifahan Bani Umayyah meminta dikirimkan da'i yang bisa menjelaskan Islam kepadanya. Surat itu berbunyi: “Dari Raja di Raja yang adalah keturunan seribu raja, yang isterinya juga cucu seribu raja, yang di dalam kandang binatangnya terdapat seribu gajah, yang di wilayahnya terdapat dua sungai yang mengairi pohon gaharu, bumbu-bumbu wewangian, pala dan kapur barus yang semerbak wanginya hingga menjangkau jarak 12 mil, kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain dengan Allah. Saya telah mengirimkan kepada anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekedar tanda persahabatan. Saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya dan menjelaskan kepada saya tentang hukum-hukumnya.” Dua tahun kemudian, yakni tahun 720 M, Raja Srindravarman, yang semula Hindu, masuk Islam. Sriwijaya Jambi pun dikenal dengan nama 'Sribuza Islam'. Sayang, pada tahun 730 M Sriwijaya Jambi ditawan oleh Sriwijaya Palembang yang masih menganut Budha.[5]
Islam terus mengokoh menjadi institusi politik yang mengemban Islam. Misalnya, sebuah kesultanan Islam bernama Kesultanan Peureulak didirikan pada 1 Muharram 225 H atau 12 November 839 M. Contoh lain adalah Kerajaan Ternate. Islam masuk ke kerajaan di kepulauan Maluku ini tahun 1440. Rajanya seorang Muslim bernama Bayanullah.
Kesultanan Islam kemudian semikin menyebarkan ajaran-ajarannya ke penduduk dan melalui pembauran, menggantikan Hindu sebagai kepercayaan utama pada akhir abad ke-16 di Jawa dan Sumatera. Hanya Bali yang tetap mempertahankan mayoritas Hindu. Di kepulauan-kepulauan di timur, rohaniawan-rohaniawan Kristen dan Islam diketahui sudah aktif pada abad ke-16 dan 17, dan saat ini ada mayoritas yang besar dari kedua agama di kepulauan-kepulauan tersebut.
Penyebaran Islam dilakukan melalui hubungan perdagangan di luar Nusantara; hal ini, karena para penyebar dakwah atau mubaligh merupakan utusan dari pemerintahan Islam yang datang dari luar Indonesia, maka untuk menghidupi diri dan keluarga mereka, para mubaligh ini bekerja melalui cara berdagang, para mubaligh inipun menyebarkan Islam kepada para pedagang dari penduduk asli, hingga para pedagang ini memeluk Islam dan meyebarkan pula ke penduduk lainnya, karena umumnya pedagang dan ahli kerajaan lah yang pertama mengadopsi agama baru tersebut. Kerajaan Islam penting termasuk di antaranya: Kerajaan Samudera Pasai, Kesultanan Banten yang menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara Eropa, Kerajaan Mataram, Kerajaan Iha, Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore di Maluku.
Era kolonial
Kolonisasi Portugis dan Spanyol
Artikel utama untuk
bagian ini adalah: Sejarah
Nusantara Zaman Portugis dan Spanyol
Afonso (kadang juga ditulis
Alfonso) de Albuquerque. Karena tokoh inilah, yang membuat kawasan Nusantara
waktu itu dikenal oleh orang Eropa dan dimulainya Kolonisasi
berabad-abad oleh Portugis bersama bangsa Eropa lain, terutama Inggris dan Belanda.
Dari Sungai Tejo yang bermuara ke Samudra Atlantik itulah armada Portugis mengarungi Samudra Atlantik, yang mungkin memakan waktu sebulan hingga tiga bulan, melewati Tanjung Harapan Afrika, menuju Selat Malaka. Dari sini penjelajahan dilanjutkan ke Kepulauan Maluku untuk mencari rempah-rempah, komoditas yang setara emas kala itu.
”Pada abad 16 saat petualangan itu dimulai biasanya para pelaut negeri Katolik itu diberkati oleh pastor dan raja sebelum berlayar melalui Sungai Tagus,” kata Teresa. Biara St Jeronimus atau Biara Dos Jeronimos dalam bahasa Portugis itu didirikan oleh Raja Manuel pada tahun 1502 di tempat saat Vasco da Gama memulai petualangan ke timur.
Museum Maritim atau orang Portugis menyebut Museu de Marinha itu didirikan oleh Raja Luis pada 22 Juli 1863 untuk menghormati sejarah maritim Portugis.
Selain patung di taman, lukisan Afonso de Albuquerque juga menjadi koleksi museum itu. Di bawah lukisan itu tertulis, ”Gubernur India 1509-1515. Peletak dasar Kerajaan Portugis di India yang berbasis di Ormuz, Goa, dan Malaka. Pionir kebijakan kekuatan laut sebagai kekuatan sentral kerajaan”. Berbagai barang perdagangan Portugis juga dipamerkan di museum itu, bahkan gundukan lada atau merica.
Ada sejumlah motivasi mengapa Kerajaan Portugis memulai petualangan ke timur. Ahli sejarah dan arkeologi Islam Uka Tjandrasasmita dalam buku Indonesia-Portugal: Five Hundred Years of Historical Relationship (Cepesa, 2002), mengutip sejumlah ahli sejarah, menyebutkan tidak hanya ada satu motivasi Kerajaan Portugis datang ke Asia. Ekspansi itu mungkin dapat diringkas dalam tiga kata bahasa Portugis, yakni feitoria, fortaleza, dan igreja. Arti harfiahnya adalah emas, kejayaan, dan gereja atau perdagangan, dominasi militer, dan penyebaran agama Katolik.
Menurut Uka, Albuquerque, Gubernur Portugis Kedua dari Estado da India, Kerajaan Portugis di Asia, merupakan arsitek utama ekspansi Portugis ke Asia. Dari Goa, ia memimpin langsung ekspedisi ke Malaka dan tiba di sana awal Juli 1511 membawa 15 kapal besar dan kecil serta 600 tentara. Ia dan pasukannya mengalahkan Malaka 10 Agustus 1511. Sejak itu Portugis menguasai perdagangan rempah-rempah dari Asia ke Eropa. Setelah menguasai Malaka, ekspedisi Portugis yang dipimpin Antonio de Abreu mencapai Maluku, pusat rempah-rempah.
Dari Sungai Tejo yang bermuara ke Samudra Atlantik itulah armada Portugis mengarungi Samudra Atlantik, yang mungkin memakan waktu sebulan hingga tiga bulan, melewati Tanjung Harapan Afrika, menuju Selat Malaka. Dari sini penjelajahan dilanjutkan ke Kepulauan Maluku untuk mencari rempah-rempah, komoditas yang setara emas kala itu.
”Pada abad 16 saat petualangan itu dimulai biasanya para pelaut negeri Katolik itu diberkati oleh pastor dan raja sebelum berlayar melalui Sungai Tagus,” kata Teresa. Biara St Jeronimus atau Biara Dos Jeronimos dalam bahasa Portugis itu didirikan oleh Raja Manuel pada tahun 1502 di tempat saat Vasco da Gama memulai petualangan ke timur.
Museum Maritim atau orang Portugis menyebut Museu de Marinha itu didirikan oleh Raja Luis pada 22 Juli 1863 untuk menghormati sejarah maritim Portugis.
Selain patung di taman, lukisan Afonso de Albuquerque juga menjadi koleksi museum itu. Di bawah lukisan itu tertulis, ”Gubernur India 1509-1515. Peletak dasar Kerajaan Portugis di India yang berbasis di Ormuz, Goa, dan Malaka. Pionir kebijakan kekuatan laut sebagai kekuatan sentral kerajaan”. Berbagai barang perdagangan Portugis juga dipamerkan di museum itu, bahkan gundukan lada atau merica.
Ada sejumlah motivasi mengapa Kerajaan Portugis memulai petualangan ke timur. Ahli sejarah dan arkeologi Islam Uka Tjandrasasmita dalam buku Indonesia-Portugal: Five Hundred Years of Historical Relationship (Cepesa, 2002), mengutip sejumlah ahli sejarah, menyebutkan tidak hanya ada satu motivasi Kerajaan Portugis datang ke Asia. Ekspansi itu mungkin dapat diringkas dalam tiga kata bahasa Portugis, yakni feitoria, fortaleza, dan igreja. Arti harfiahnya adalah emas, kejayaan, dan gereja atau perdagangan, dominasi militer, dan penyebaran agama Katolik.
Menurut Uka, Albuquerque, Gubernur Portugis Kedua dari Estado da India, Kerajaan Portugis di Asia, merupakan arsitek utama ekspansi Portugis ke Asia. Dari Goa, ia memimpin langsung ekspedisi ke Malaka dan tiba di sana awal Juli 1511 membawa 15 kapal besar dan kecil serta 600 tentara. Ia dan pasukannya mengalahkan Malaka 10 Agustus 1511. Sejak itu Portugis menguasai perdagangan rempah-rempah dari Asia ke Eropa. Setelah menguasai Malaka, ekspedisi Portugis yang dipimpin Antonio de Abreu mencapai Maluku, pusat rempah-rempah.
Periode Kejayaan Portugis di Nusantara
Periode 1511-1526, selama 15 tahun, Nusantara menjadi
pelabuhan maritim penting bagi Kerajaan Portugis, yang secara reguler menjadi
rute maritim untuk menuju Pulau Sumatera, Jawa, Banda, dan Maluku.
Pada tahun 1511 Portugis mengalahkan Kerajaan Malaka.
Pada tahun 1512 Portugis menjalin komunikasi dengan Kerajaan Sunda untuk menandatangani perjanjian dagang, terutama lada. Perjanjian dagang tersebut kemudian diwujudkan pada tanggal 21 Agustus 1522 dalam bentuk dokumen kontrak yang dibuat rangkap dua, satu salinan untuk raja Sunda dan satu lagi untuk raja Portugal. Pada hari yang sama dibangun sebuah prasasti yang disebut Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal di suatu tempat yang saat ini menjadi sudut Jalan Cengkeh dan Jalan Kali Besar Timur I, Jakarta Barat. Dengan perjanjian ini maka Portugis dibolehkan membangun gudang atau benteng di Sunda Kelapa.
Pada tahun 1512 juga Afonso de Albuquerque mengirim Antonio Albreu dan Franscisco Serrao untuk memimpin armadanya mencari jalan ke tempat asal rempah-rempah di Maluku. Sepanjang perjalanan, mereka singgah di Madura, Bali, dan Lombok. Dengan menggunakan nakhoda-nakhoda Jawa, armada itu tiba di Kepulauan Banda, terus menuju Maluku Utara hingga tiba di Ternate.
Kehadiran Portugis di perairan dan kepulauan Indonesia itu telah meninggalkan jejak-jejak sejarah yang sampai hari ini masih dipertahankan oleh komunitas lokal di Nusantara, khususnya flores, Solor dan Maluku, di Jakarta Kampong Tugu yang terletak di bagian Utara Jakarta, antara Kali Cakung, pantai Cilincing dan tanah Marunda.
Bangsa Eropa pertama yang menemukan Maluku adalah Portugis, pada tahun 1512. Pada waktu itu 2 armada Portugis, masing-masing dibawah pimpinan Anthony d'Abreu dan Fransisco Serau, mendarat di Kepulauan Banda dan Kepulauan Penyu. Setelah mereka menjalin persahabatan dengan penduduk dan raja-raja setempat - seperti dengan Kerajaan Ternate di pulau Ternate, Portugis diberi izin untuk mendirikan benteng di Pikaoli, begitupula Negeri Hitu lama, dan Mamala di Pulau Ambon.Namun hubungan dagang rempah-rempah ini tidak berlangsung lama, karena Portugis menerapkan sistem monopoli sekaligus melakukan penyebaran agama Kristen.
Salah seorang misionaris terkenal adalah Fransiskus Xaverius. Tiba di Ambon 14 Pebruari 1546, kemudian melanjutkan perjalanan ke Ternate, tiba pada tahun 1547, dan tanpa kenal lelah melakukan kunjungan ke pulau-pulau di Kepulauan Maluku untuk melakukan penyebaran agama. Persahabatan Portugis dan Ternate berakhir pada tahun 1570. Peperangan dengan Sultan Babullah selama 5 tahun (1570-1575), membuat Portugis harus angkat kaki dari Ternate dan terusir ke Tidore dan Ambon.
Perlawanan rakyat Maluku terhadap Portugis, dimanfaatkan Belanda untuk menjejakkan kakinya di Maluku. Pada tahun 1605, Belanda berhasil memaksa Portugis untuk menyerahkan pertahanannya di Ambon kepada Steven van der Hagen dan di Tidore kepada Cornelisz Sebastiansz. Demikian pula benteng Inggris di Kambelo, Pulau Seram, dihancurkan oleh Belanda. Sejak saat itu Belanda berhasil menguasai sebagian besar wilayah Maluku.
Kedudukan Belanda di Maluku semakin kuat dengan berdirinya VOC pada tahun 1602, dan sejak saat itu Belanda menjadi penguasa tunggal di Maluku. Di bawah kepemimpinan Jan Pieterszoon Coen, Kepala Operasional VOC, perdagangan cengkih di Maluku sepunuh di bawah kendali VOC selama hampir 350 tahun. Untuk keperluan ini VOC tidak segan-segan mengusir pesaingnya; Portugis, Spanyol, dan Inggris. Bahkan puluhan ribu orang Maluku menjadi korban kebrutalan VOC.
kemudian mereka membangun benteng di Ternate tahun 1511, kemudian tahun 1512 membangun Benteng di Amurang Sulawesi Utara. Portugis kalah perang dengan Spanyol maka daerah Sulawesi Utara diserahkan dalam kekuasaan Spanyol (1560 hingga 1660). Kerajaan Portugis kemudian dipersatukan dengan Kerajaan Spanyol. (Baca buku :Sejarah Kolonial Portugis di Indonesia, oleh David DS Lumoindong). Abad 17 datang armada dagang VOC (Belanda) yang kemudian berhasil mengusir Portugis dari Ternate, sehingga kemudian Portugis mundur dan menguasai Timor timur (sejak 1515).
Kolonialisme dan Imperialisme mulai merebak di Indonesia sekitar abad ke-15, yaitu diawali dengan pendaratan bangsa Portugis di Malaka dan bangsa Belanda yang dipimpin Cornellis de Houtman pada tahun 1596, untuk mencari sumber rempah-rempah dan berdagang.
Pada tahun 1511 Portugis mengalahkan Kerajaan Malaka.
Pada tahun 1512 Portugis menjalin komunikasi dengan Kerajaan Sunda untuk menandatangani perjanjian dagang, terutama lada. Perjanjian dagang tersebut kemudian diwujudkan pada tanggal 21 Agustus 1522 dalam bentuk dokumen kontrak yang dibuat rangkap dua, satu salinan untuk raja Sunda dan satu lagi untuk raja Portugal. Pada hari yang sama dibangun sebuah prasasti yang disebut Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal di suatu tempat yang saat ini menjadi sudut Jalan Cengkeh dan Jalan Kali Besar Timur I, Jakarta Barat. Dengan perjanjian ini maka Portugis dibolehkan membangun gudang atau benteng di Sunda Kelapa.
Pada tahun 1512 juga Afonso de Albuquerque mengirim Antonio Albreu dan Franscisco Serrao untuk memimpin armadanya mencari jalan ke tempat asal rempah-rempah di Maluku. Sepanjang perjalanan, mereka singgah di Madura, Bali, dan Lombok. Dengan menggunakan nakhoda-nakhoda Jawa, armada itu tiba di Kepulauan Banda, terus menuju Maluku Utara hingga tiba di Ternate.
Kehadiran Portugis di perairan dan kepulauan Indonesia itu telah meninggalkan jejak-jejak sejarah yang sampai hari ini masih dipertahankan oleh komunitas lokal di Nusantara, khususnya flores, Solor dan Maluku, di Jakarta Kampong Tugu yang terletak di bagian Utara Jakarta, antara Kali Cakung, pantai Cilincing dan tanah Marunda.
Bangsa Eropa pertama yang menemukan Maluku adalah Portugis, pada tahun 1512. Pada waktu itu 2 armada Portugis, masing-masing dibawah pimpinan Anthony d'Abreu dan Fransisco Serau, mendarat di Kepulauan Banda dan Kepulauan Penyu. Setelah mereka menjalin persahabatan dengan penduduk dan raja-raja setempat - seperti dengan Kerajaan Ternate di pulau Ternate, Portugis diberi izin untuk mendirikan benteng di Pikaoli, begitupula Negeri Hitu lama, dan Mamala di Pulau Ambon.Namun hubungan dagang rempah-rempah ini tidak berlangsung lama, karena Portugis menerapkan sistem monopoli sekaligus melakukan penyebaran agama Kristen.
Salah seorang misionaris terkenal adalah Fransiskus Xaverius. Tiba di Ambon 14 Pebruari 1546, kemudian melanjutkan perjalanan ke Ternate, tiba pada tahun 1547, dan tanpa kenal lelah melakukan kunjungan ke pulau-pulau di Kepulauan Maluku untuk melakukan penyebaran agama. Persahabatan Portugis dan Ternate berakhir pada tahun 1570. Peperangan dengan Sultan Babullah selama 5 tahun (1570-1575), membuat Portugis harus angkat kaki dari Ternate dan terusir ke Tidore dan Ambon.
Perlawanan rakyat Maluku terhadap Portugis, dimanfaatkan Belanda untuk menjejakkan kakinya di Maluku. Pada tahun 1605, Belanda berhasil memaksa Portugis untuk menyerahkan pertahanannya di Ambon kepada Steven van der Hagen dan di Tidore kepada Cornelisz Sebastiansz. Demikian pula benteng Inggris di Kambelo, Pulau Seram, dihancurkan oleh Belanda. Sejak saat itu Belanda berhasil menguasai sebagian besar wilayah Maluku.
Kedudukan Belanda di Maluku semakin kuat dengan berdirinya VOC pada tahun 1602, dan sejak saat itu Belanda menjadi penguasa tunggal di Maluku. Di bawah kepemimpinan Jan Pieterszoon Coen, Kepala Operasional VOC, perdagangan cengkih di Maluku sepunuh di bawah kendali VOC selama hampir 350 tahun. Untuk keperluan ini VOC tidak segan-segan mengusir pesaingnya; Portugis, Spanyol, dan Inggris. Bahkan puluhan ribu orang Maluku menjadi korban kebrutalan VOC.
kemudian mereka membangun benteng di Ternate tahun 1511, kemudian tahun 1512 membangun Benteng di Amurang Sulawesi Utara. Portugis kalah perang dengan Spanyol maka daerah Sulawesi Utara diserahkan dalam kekuasaan Spanyol (1560 hingga 1660). Kerajaan Portugis kemudian dipersatukan dengan Kerajaan Spanyol. (Baca buku :Sejarah Kolonial Portugis di Indonesia, oleh David DS Lumoindong). Abad 17 datang armada dagang VOC (Belanda) yang kemudian berhasil mengusir Portugis dari Ternate, sehingga kemudian Portugis mundur dan menguasai Timor timur (sejak 1515).
Kolonialisme dan Imperialisme mulai merebak di Indonesia sekitar abad ke-15, yaitu diawali dengan pendaratan bangsa Portugis di Malaka dan bangsa Belanda yang dipimpin Cornellis de Houtman pada tahun 1596, untuk mencari sumber rempah-rempah dan berdagang.
Perlawanan Rakyat terhadap Portugis
Kedatangan bangsa Portugis ke Semenanjung Malaka dan ke
Kepulauan Maluku merupakan perintah dari negaranya untuk berdagang.
Perlawanan Rakyat Minahasa terhadap Portugis
Perjuangan perlawanan Rakyat Perserikatan Minahasa melawan
Portugis telah berlangsung dari tahun 1512-1560, dengan gabungan perserikatan
suku-suku di Minahasa maka mereka dapat mengusir Portugis. Portugis membangun
beberapa Benteng pertahanan di Minahasa diantaranya di Amurang dan Kema.
Perlawanan Rakyat Malaka terhadap Portugis
Pada tahun 1511, armada Portugis yang dipimpin oleh
Albuquerque menyerang Kerajaan Malaka. Untuk menyerang colonial Portugis di
Malaka yang terjadi pada tahun 1513 mengalami kegagalan karena kekuatan dan
persenjataan Portugis lebih kuat. Pada tahun 1527, armada Demak di bawah
pimpinan Fatahillah/Falatehan dapat menguasai Banten,Sunda Kelapa, dan Cirebon.
Armada Portugis dapat dihancurkan oleh Fatahillah/Falatehan dan ia kemudian
mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta yang artinya kemenangan besar,
yang kemudian menjadi Jakarta.
Perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis
Mulai tahun 1554 hingga tahun 1555, upaya Portugis tersebut
gagal karena Portugis mendapat perlawanan keras dari rakyat Aceh. Pada saat
Sultan Iskandar Muda berkuasa, Kerajaan
Aceh pernah menyerang Portugis di Malaka pada tahun 1615 dan 1629.
Perlawanan Rakyat Maluku terhadap Portugis
Bangsa Portugis pertama kali mendarat di Maluku pada tahun
1511. Kedatangan Portugis berikutnya pada tahun 1513. Akan tetapi, Ternate
merasa dirugikan oleh Portugis karena keserakahannya dalam memperoleh
keuntungan melalui usaha monopoli perdagangan rempah-rempah.
Pada tahun 1533, Sultan Ternate menyerukan kepada seluruh rakyat Maluku untuk mengusir Portugis di Maluku. Pada tahun 1570, rakyat Ternate yang dipimpin oleh Sultan Hairun dapat kembali melakukan perlawanan terhadap bangsa Portugis, namun dapat diperdaya oleh Portugis hingga akhirnya tewas terbunuh di dalam Benteng Duurstede. Selanjutnya dipimpin oleh Sultan Baabullah pada tahun 1574. Portugis diusir yang kemudian bermukim di Pulau Timor.
Pada tahun 1533, Sultan Ternate menyerukan kepada seluruh rakyat Maluku untuk mengusir Portugis di Maluku. Pada tahun 1570, rakyat Ternate yang dipimpin oleh Sultan Hairun dapat kembali melakukan perlawanan terhadap bangsa Portugis, namun dapat diperdaya oleh Portugis hingga akhirnya tewas terbunuh di dalam Benteng Duurstede. Selanjutnya dipimpin oleh Sultan Baabullah pada tahun 1574. Portugis diusir yang kemudian bermukim di Pulau Timor.
Garis waktu kolonialisasi
Kolonialisasi Spanyol
- 1521 Spanyol mendarat di Sulawesi Utara
- 1560 Spanyol mendirikan pos di Manado.
- 1617 Gerakan perlawanan rakyat Minahasa di Sulawesi Utara untuk mengusir kolonial Spanyol.
- 1646 Spanyol di usir dari Minahasa dan Sulawesi Utara. Tahun selanjutnya Spanyol masih mencoba memengaruhi kerajaan sekitar untuk merebut kembali Minahasa tapi gagal, terakhir dengan mendukung Bolaang Mongondow yang berakhir tahun 1692.
TEMPAT WISATA YANG ADA DI SEKADAU,KALIMANTAN BARAT
INILAH BEBERAPA
TEMPAT WISATA KEKAYAAN ALAM YANG TERDAPAT DI KOTA KU DI SEKADAU,KALIMANTAN
BARAT
AIR TERJUN ENTUGUN-SEKADAU
Air terjun entugun mempunyai beberapa tingkatan,dengan
masing masing tingkatan berketinggian kurang lebih 30 meter.Air nya deras
berliku-liku dan batu nya terhampar saling memadu antara satu dengan lainnya.
LOKASI:
Terletak di dusun kepayang,desa tembaga,kecamatan nanga
mahap,Kabupaten Sekadau ,propinsi Kalimantan barat.
AKSESBILITAS:
Berjarak 45 km dari ibu kota kabupaten dan dapat di tempuh
dengan jalan darat dengan kendaraan roda dua dan roda empat.
AIR TERJUN GURUNG SUMPIT-SEKADAU
Air terjun gurung sumpit memiliki ketinggian air40
meter.Keunikan air terjun ini adalah di dinding bagian tepi air terjun di bawah
nya terdapat sebuaah goa yang menjorok kedam,yang disebut dengan Goa Ratu
Kudung.Konon goa ini ( yang tembus ke Goa Lawang Kuari ) sebagai tempat
pertapaan dari Raru kudung yang tersisih dari tahta kerajaan Sekadau pada jaman
dulu kala.
LOKASI:Terletak di desa sumpit,Kecamatan Belitang
Hilir,Kabupaten Sekadau,Propinsi ,Kalimantan Barat.
Tana Toraja Bangun Patung Yesus Raksasa
Patung Yesus Tertinggi (Foto:
Joni/Sindo)
Jurnalis
- Share on Facebook
- Share on Twitter
- Share on Google
MAKALE - Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Tataruang dan
Permukiman (Distarkim) Tana Toraja David Kambu menyebut patung Yesus Kristus berukuran
raksasa yang dibangun di puncak Buntu (Bukit) Burake berbahan perunggu.
“Material patung bukan dilapisi
perunggu. Tapi, mulai dari ujung kaki hingga ujung kepala patung, semuanya
terbuat dari coran perunggu,” ujar David Kambu, di Makale, Senin (6/4/2015).
Dia mengatakan, patung itu masih
dikerjakan di Yogyakarta. Setelah selesai, patung akan langsung dikirim ke Tana
Toraja dalam bentuk kepingan-kepingan, untuk kemudian dirakit menjadi patung
Yesus Kristus Memberkati.
Anggaran pembuatan patung Yesus
Kristus berukuran raksasa itu mencapai Rp22 miliar. Begitu pula dengan landasan
tempat berdirinya patung, tahun ini pembangunannya sudah memasuki tahap akhir.
Tahap pertama pembangunan landasan
patung berupa pondasi dasar yang mulai dikerjakan tahun 2013 lalu menelan
anggaran sekitar Rp1,9 miliar. Kemudian, pembangunan landasan patung
dilanjutkan tahun 2014 dengan anggaran Rp3,8 miliar.
Menurutnya, tinggi bangunan bawah
atau landasan patung setinggi 17 meter dan tinggi 23 meter. Sehingga, tinggi
keseluruhan patung mulai dari bangunan bawah hingga ujung atas mencapai 40
meter.
Patung Yesus Kristus berukuran
raksasa itu, akan berdiri kokoh di puncak Buntu Burake yang tingginya sekitar
1.100 meter dari permukaan laut (dpl).
“Tinggi patung Yesus Kristus
keseluruhan 40 meter, mulai dari bangunan bawah hingga ujung atas patung.
Ditargetkan, pembangunan patung bisa rampung tahun ini,” terang David.
Terpisah, Bupati Tana Toraja
Theofilus Allorerung mengatakan, pekerjaan pemasangan patung Yesus Kristus di
puncak Buntu Burake direncanakan dimulai awal Mei 2015 mendatang.
Jika tidak ada aral melintang,
patung Yesus Kristus berukuran raksasa itu akan diresmikan bertepatan dengan
Hari Ulang Tahun (HUT) Kabupaten Tana Toraja, pada 31 Agustus 2015.
Patung yang diklaim sebagai patung
Yesus tertinggi di dunia itu akan menjadi ikon pariwisata Toraja. Keberadaan
patung Yesus Kristus berukuran raksasa di Puncak Buntu Burake itu diyakini
menjadi salah satu jembatan emas kebangkitan pariwisata Toraja.
Puncak Buntu Burake tempat Patung
Yesus berdiri akan menjadi kawasan wisata religi yang mampu menarik kunjungan
wisatawan sebanyak-banyaknya di Tana Toraja. Wisatawan yang berkunjung ke Tana
Toraja punya banyak pilihan untuk berwisata.
Sebab, pariwisata Toraja tidak lagi
monoton dengan wisata budaya, tetapi juga wisata alam dan religi. Apalagi,
Toraja tak lama lagi memiliki bandara bertaraf internasional. Sehingga, Tana
Toraja menjadi daerah tujuan wisata kedua di Indonesia, setelah Bali.
“Pembangunan patung Yesus Kristus di
puncak Buntu Burake menjadi jembatan emas kembalinya kejayaan pariwisata Toraja
yang sudah terkenal di dunia,” optimistis Theofilus.(Sindonews)